Beranda | Artikel
Hukum Bersuara ketika Sendawa
Rabu, 14 Desember 2016

Bersuara ketika Sendawa

Bagaimana hukum sendawa dg suara keras… apakah ini dilarang?

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Sebagai muslim yang haus ilmu agama akan memahami betapa islam merupakan agama sempurna, yang mengatur semuanya. Termasuk masalah adab sehari-hari.

Suatu ketika ada orang musyrik bertanya kepada Salman dengan nada ngeledek,

لَقَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَة

Apakah nabi kalian mengajarkan kepada kalian segala sesuatu sampaipun masalah al-Khira’ah?

Al-Khira’ah artinya cara duduk ketika buang air.

Mendengar pertanyaan ini, Salman mengatakan dengan sangat bangga,

أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا -صلى الله عليه وسلم- أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ

“O ya… beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk menghadap kiblat ketika buang air besar atau buang air kecil.” (HR. Muslim 629 dan yang lainnya)

Masalah sendawa pernah disebutkan dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau bercerita,

Ada orang yang bersendawa di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau mengatakan,

كُفَّ عَنَّا جُشَاءَكَ فَإِنَّ أَكْثَرَهُمْ شِبَعًا فِى الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tahan sendawamu di hadapan kami. Karena orang yang paling sering kenyang di dunia, paling lama laparnya kelak di hari kiamat. (HR. Turmudzi 2666 dan dihasankan al-Albani).

Dalam riwayat lain, disebutkan dalam Syarh Sunah,

أقصر من جشائك

Kurangi sendawamu.

Dalam Tuhfatul Ahwadzi dinyatakan,

النهي عن الجشاء هو النهي عن الشبع ; لأنه السبب الجالب له

Larangan banyak bersendawa merupakan larangan untuk kenyang. Karena kenyang merupakan sebab terjadinya sendawa. (Tuhfatul Ahwadzi, 7/153)

Dalam Fatwa Islam dinyatakan,

والتجشؤ بصوت مرتفع ليس محرمًا، وإنما يعد فعله خلاف الأدب، إن كان بحضرة الآخرين، حتى لا يتأذوا من الصوت والرائحة

Sendawa dengan suara keras tidaklah haram, namun perbuatan ini tidak sesuai adab. Terutama ketika ada orang lain, sehingga mereka tidak terganggu dengan suara dan baunya. (Fatwa Islam, no. 130906)

Karena itulah, ketika seseorang terpaksa bersendawa di depan orang lain, dianjurkan untuk ditahan atau disembunyikan. Agar tidak mengganggu atau menimbulkan suasana jijik orang yang mendengarnya.

Syaikh Abdullah bin Aqil mengatakan,

قال الإمام أحمد في رواية أبي طالب: إذا تجشأ الرجل وهو في الصلاة، فليرفع رأسه إلى السماء حتى يذهب الريح، فإذا لم يرفع رأسه أذى من حوله من ريحه. قال: وهذا من الأدب، وقال في رواية مهنا: إذا تجشأ الرجل، فينبغي له أن يرفع وجهه إلى فوق؛ لكي لا يخرج من فيه رائحة يؤذي بها الناس

Imam Ahmad mengatakan menurut riwayat Abu Thalib, “Apabila ada orang bersendawa ketika shalat, hendaknya dia mengangkat kepalanya ke atas, sehingga udaranya hilang.” Karena jika tidak menengadah, akan mengganggu orang di sekitarnya karena bau mulutnya. Beliau mengatakan, “Ini bagian dari adab.” Beliau juga mengatakan menurut riwayat Muhanna, “Apabila orang mau bersendawa, hendaknya dia angkat kepalanya ke atas, agar tidak keluar bau mulut yang mengganggu orang lain.” (Fatawa Syaikh Ibnu Aqil, 2/214).

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/28763-hukum-bersuara-ketika-sendawa.html